Selulosa tidak bisa dicerna secara enzimatik dan dimanfaatkan
oleh sebagian besar mamalia, karena tidak terdapatnya enzim yang dapat
menguraikan ikatan β( 1 à 4) D-glukosa di antara residu selulosa. Akan tetapi,
residu selulosa yang tidak tercerna tersebut, membentuk suatu serat di dalam
makanan dan ini diperlukan, untuk kelancaran pergerakan usus secara baik.
Selulosa dapat dicerna oleh golongan ruminansia dengan cara tidak Iangsung.
Bakteri yang ada di dalam perut ruminansia menguraikan selulosa sehingga
dihasilkan D-glukosa, yang kemudian difermentasi menjadi laktat, asetat dan
propionat, dan selanjutnya diserap ke dalam darah. Laktat dan propionat diubah
oleh hati menjadi gula darah pada ruminansia.
Disakarida diuraikan oleh enzim-enzim yang terletak di
bagian luar lapisan sel-sel epitel yang membatasi usus halus. Sukrosa (gula
tebu) dihidrolisa menjadi D-glukosa dan D-fruktosa oleh enzim sukrase atau
disebut juga invertase Iaktosa dihidrolisis menjadi D-glukosa dan D-galaktosa
oleh laktase atau disebut juga β-galaktosidase: maltosa dihidrolisis oleh enzim
maltase menjadi dua molekul D-glukosa. manusia Asia dan Afrika dewasa pada
umumnya tidak dapat mencerna Iaktosa (laktosa intoleran). Hal ini disebabkan
karena tiadanya aktivitas enzim laktase di dalam usus halus setelah masa bayi
dan kanak-kanak. Pada penderita laktosa-intoleran, Iaktosa yang masuk ke dalam
makanan akan tetap tinggal di dalam usus, di situ sebagian Iaktosa mengalami
fermentasi oleh mikroorganisme usus. Sebagai akibat dari fermentasi tersebut,
orang yang bersangkutan akan menderita diare dan terbentuk banyak gas di dalam
perut (flatulensi).
Di dalam sel epitel yang membatasi usus halus. D-fruktosa,
D-galaktosa, D-manosa diubah menjadi bagian-bagian glukosa. Campuran senyawa
heksosa sederhana yang dihasilkan tersebut kemudian diserap ke dalam sel-sel
epitelial yang membatasi usus dan kemudian diangkut oleh aliran darah menuju
hati.
No comments:
Post a Comment